18.40
ANTARA SABAR DAN MENGELUH
Pada zaman dahulu ada seorang yang bernama Abul Hassan yang pergi haji
di Baitul Haram. Diwaktu tawaf tiba-tiba ia melihat seorang wanita yang
bersinar dan berseri wajahnya. "Demi Allah, belum pernah aku melihat
wajah secantik dan secerah wanita itu, tidak lain karena itu pasti
karena tidak pernah risau dan bersedih hati."
Tiba-tiba wanita
itu mendengar ucapan Abul Hassan lalu bertanya, "Apakah katamu hai
saudaraku? Demi Allah aku tetap terbelenggu oleh perasaan dukacita dan
luka hati karena risau."
Abul Hassan bertanya, "Bagaimana hal yang merisaukanmu?"
Wanita itu menjawab, "Pada suati hari ketika suamiku sedang menyembelih
kambing korban, dan aku mempunyai dua orang anak, yang sudah bisa
bermain dan yang satu masih menyusu, dan ketika aku bangun untuk membuat
makanan, tiba-tiba anakku yang agak besar berkata pada adiknya, "Hai
adikku, maukah aku tunjukkan padamu bagaimana ayah menyembelih kambing?"
Jawab adiknya, "Baiklah, aku mau." Lalu disuruh adiknya berbaring dan
disembelihlah leher adiknya itu. Kemudian dia merasa ketakutan setelah
melihat darah memancut keluar dan lari ke bukit yang mana di sana ia
dimakan oleh srigala, lalu ayahmya pergi mencari anakknya itu hingga
mati kehausan dan ketika aku letakkan bayiku untuk keluar mencari
suamiku, tiba-tiba bayiku merangkak menuju periuk yang berisi air panas,
ditariknya periuk itu dan tumpahlah air panas ke badannya habis melecur
kulit badannya. Berita ini terdengar kepada anakku yang sudah menikah
dan tinggal di daerah lain, maka ia jatuh pingsan hingga sampai menuju
ajalnya. Dan kini aku tinggal sebatang kara diantara mereka semua."
Lalu Abul Hassan bertanya, "Bagaimanakah kesabaranmu menghadapi semua musibah yang sangat hebat itu?"
Wanita itu menjawab, "Tiada seorang pun yang dapat membedakan antara
sabar dan mengeluh, melainkan ia menemukan diantara keduanya ada jalan
yang berbeda. Adapun sabar dengan memperbaiki yang lahir, maka hal itu
baik dan terpuji akibatnya. Dan adapun mengeluh, maka orangnya tidak
mendapat ganti, yakni sia-sia belaka."
* * *
Demikianlah cerita di atas, satu cerita yang dapat dijadikan tauladan
dimana kesabarang sangat digalakkan oleh agama dan harus dimiliki oleh
setiap orang yang mengaku beriman kepada Allah dalam setiap terkena
musibah dan dugaan dari Allah. Begitu juga mengeluh, perbuatan ini
sangat dikutuk oleh agama.
Sabda Rasulullah SAW:
"Tiga macam daripada tanda kekafiran terhadap Allah, merobek baju, mengeluh dan menghina nasab orang."
Dan sabdanya pula:
"Mengeluh itu termasuk kebiasaan Jahiliyyah, dan orang yang mengeluh
jika ia mati sebelum bertaubat, maka Allah akan memotongnya bagi pakaian
dari api neraka." (HR. Imam Majah)
Semoga kita dijadikan sebagai hamba Allah yang sabar dalam menghadapi segala musibah. Aamiin.
0 komentar:
Posting Komentar